Selasa, 26 Juni 2018

Misteri adam sebagai manusia pertama

Ternyata Ada Lebih dari Satu Adam dan Nabi Adam as ternyata juga bukanlah manusia pertama yang Allah Ciptakan 


Saudaraku yang senantiasa dirahmati Allah Swt dan selalu dirindukan oleh Rasulullah saw, tahukah Anda bahwa ternyata Allah menciptakan lebih dari satu Adam dan bahkan Nabi Adam as bukanlah manusia yang pertama. Nah kali ini izinkan saya untuk berbagi tulisan bertajuk “Ternyata Ada Lebih dari Satu Adam dan Nabi Adam as ternyata juga bukanlah manusia pertama yang Allah Ciptakan” yang saya yakin tulisan ini sudah tentu pada akhirnya akan mengundang banyak perdebatan. Untuk itu, sebelum kita melanjutkan kajian kita, maka saya akan terlebih dulu memberikan beberapa catatan kecil sebelum kita memulai kajian ini...
Misteri adam sebagai manusia pertama

1. Tulisan ini cukuplah panjang, maka bacalah dengan perlahan dan jika perlu  disave terlebih dulu dan dibaca kemudian ketika sudah memiliki waktu luang. 

2. Silahkan untuk percaya ataupun tidak percaya dengan isi tulisan ini, karena posisi saya hanyalah sebatas menyampaikan saja.

3. Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber baik sumber referensi ilmiah ataupun sumber referensi spiritual seperti diskusi lahiriah dan diskusi batiniah.

4. Beberapa dari isi tulisan ini masih berupa hipotesis yg membutuhkan kajian lebih lanjut dan masih perlu diperbaiki.

Jika Anda setuju dengan beberapa catatan kecil di atas mari kita lanjutkan, dan jika Anda tidak setuju maka disarankan untuk berhenti sampai disini... 

Nah untuk yang setuju, mari kita mulai ... Namun sebelum kita mulai, yuk sejenak kita kesampingkan dulu “ego” yg ada di dalam hati kita masing-masing, karena Imam Abu Hamid Al-Ghazali ra mengatakan bahwa:

Hikmah tidak akan pernah dapat dipetik oleh seseorang yg masih memiliki “ego” di dalam hatinya. 

 ومن يؤت الحكمة فقد اوتى خيرا كثيرا- ولكن لا تصادف جواهرالحكم فى قلوب هى مزابل الشهوات وملاعب الشياطين بل لايتذكر الا اولوالالباب

“Barang siapa diberi hikmah maka ia telah diberi kebaikan yang banyak. Namun, elemen-elemen hikmah tersebut tidak akan ditemukan di dalam hati yang berisi syahwat (ego). Sebab tidak ada yang bisa mengambil pelajaran dari hikmah tersebut kecuali orang-orang yang menggunakan akalnya.” (Imam Abu Hamid Al-Ghazali)

Bismillah...

Iqra bismi rabbikalladzi khalaq... Saudaraku, di dalam Kitab Suci Al-Quran,
Allah Swt berfirman sbb,

 وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ 

“Dan sungguh, Kami ciptakan kamu (Adam) kemudian Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam’ maka (mereka) pun sujud kecuali Iblis. la (Iblis) tidak termasuk yang bersujud.”(QS. Al-A’raf 7:11)

Nah kalimat “KAMI CIPTAKAN KAMU” ( خَلَقْنَاكُمْ ) pada ayat di atas merupakan kata isim “maskulin jamak” dan bukan kata isim mufrad (kata tunggal) yg dalam Al-Quran Terjemahan Versi Depag, kalimat ini kemudian diterjemahkan dengan tambahan kata “Adam” dalam kurung, dan penunjukan kata “Maskulin Jamak” dengan kalimat yg lain juga diulang pada kalimat berikutnya “KAMI BENTUK KAMU” ( صَوَّرْنَاكُمْ ) untuk menegaskan bahwa Adam yang dimaksud dalam ayat tersebut bukanlah sosok tunggal melainkan sosok jamak yg bermakna “ada lebih dari satu Adam”.
Inilah alasannya mengapa Al-Quran menggunakan diksi kata isim maskulin jamak untuk menyebut sosok Adam. Selain itu, di dalam Kitab Suci Al-Quran, Allah Swt juga berfirman sbb,

 وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ 

“Dan (ingatlah) ketika berfirman Tuhanmu kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan KHALIFAH di bumi’. (Para malaikat) berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (QS. Al-Baqarah 2:30)

Nah kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dari kalimat “FIL ‘ARDHI KHALIFAH” ( فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً )  merupakan kata benda “maskulin akusatif” yang berasal dari kata dasar “KHALAFA” ( خلف ) yang secara harfiah berarti “Pengganti” yang menegaskan tentang adanya subjek “yang diganti”. Sedangkan dalam bentuk kata benda “feminin akusatif”-nya adalah “KHILFAH” ( خلفه ) yang berarti “silih berganti” sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Furqan 25:62.
Sehingga kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dalam QS. Al-Baqarah 2:30 yang merujuk kepada sosok Adam seakan menegaskan bahwa posisi Adam hanyalah sebagai “Pengganti” dari Adam-Adam dari periode zaman sebelumnya secara “silih berganti” dari periode zaman yang satu ke periode zaman berikutnya  hingga sampai kepada periode zaman Nabi Adam as yang terakhir yang kita kenal saat ini.

Dan penjabaran makna kata “KHALIFAH” ( خَلِيفَةً ) dalam QS. Al-Baqarah 2:30 sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat kita temui penjelasannya dalam Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra sbb: Ketika Nabi Musa as bermunajat kepada Tuhan Rabbul ‘Alamin di Bukit Thursina, maka pada saat itu Nabi Musa as bertanya kepada Allah swt dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Allah Swt menjawab: “Pertama-tama Aku jadikan adalah Nur Muhammad.
Kemudian Aku jadikan Durratul Baidhoo’ dari Nur Muhammad. Dari Durratul Baidhoo’ Aku jadikan 70.000 planet di cakrawala.
Maka satu planet itu luasnya tujuh puluh kali Bumi.
Tiap-tiap planet itu dijadikan penghuninya 70.000 makhluk, bukan dari bangsa jin, dan bukan dari bangsa manusia, dan juga bukan dari bangsa malaikat.
Kesemuanya dijadikan dengan kalimat “Kun Fayakun”.
Mereka beribadat kepada-Ku sampai 70.000 tahun lamanya.
Kemudian belakangan mereka durhaka kepada-Ku, lalu Aku binasakan mereka semuanya.
Lalu kemudian setelah itu Aku jadikan lagi 80.000 buah planet yang besarnya cuma sepuluh kali dari bumi dunia. Semua berada di cakrawala yang bertingkat-tingkat. Di planet itu Aku ciptakan sebangsa unggas yang memakan tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian. Lama kelamaan unggas-unggas itu pun punah. Kemudian baru Aku jadikan 20.000 makhluk sebangsa manusia dari cahaya secara berangsur-angsur lalu punah. Kemudian setelah berselang 70.000 tahun sesudah itu, baru aku jadikan Qalam, Lauhil Mahfuzh, ‘Arsy dan kursi dan malaikat. Maka setelah kira-kira 70.000 tahun lagi barulah Aku jadikan surga dan neraka. Kemudian setelah itu baru Aku jadikan makhluk manusia yang namanya Adam, bukan bapakmu Adam yang sekarang ini, hai Musa. Aku jadikan dia dari awal Adam sampai keturunannya yang terakhir 10.000 tahun lamanya. Setelah itu Aku jadikan pula Adam yang lain dengan keturunannya terakhir dalam masa 10.000 tahun. Demikian seterusnya Aku jadikan tiap-tiap Adam dan keturunannya dalam masa 10.000 tahun, berganti-ganti, sampai mencapai 10.000 orang Adam. Maka Adam yang sekarang inilah yang kesepuluh ribu kalinya.”

Dari penjelasan Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra di atas diperoleh informasi bahwa ternyata Allah swt menciptakan 10.000 Adam dimana pada setiap Adam hingga keturunannya yang terakhir berlangsung selama periode 10.000 tahun dan terus menerus berulang dari periode 10.000 tahun yang satu ke periode 10.000 tahun berikutnya hingga kepada periode 10.000 tahun Adam terakhir yang ke-10.000 yang kita kenal saat ini. Sehingga jika kita hitung dari Adam periode 10.000 tahun yang pertama hingga sampai kepada Adam terakhir yg ke-10.000 maka akan didapat perhitungan sbb:

- Periode zaman setiap Adam = 10.000 tahun.
- Total Periode zaman Adam ke-1 sampai kepada Adam ke-10.000 = 10.000 Adam x 10.000 tahun = 100 Juta Tahun. Artinya jika Nabiyullah Adam as sebagai Adam yang ke-10.000 hidup pada 10 ribu tahun yang lalu, maka Adam yang ke-1 telah hidup sejak 100 juta tahun yang lalu. Dengan asumsi Adam ke-1 telah hidup sejak 100 juta tahun yang lalu.

Dan asumsi ini didukung dengan ditemukannya benda-benda arkeologi, peninggalan umat manusia yang telah berumur jutaan tahun sebagai berikut :

  • Jembatan Penyebrangan (Rama Bridge), berdasarkan mitos dibuat oleh pasukan kera, ketika Sri Rama akan menyeberang ke Alengka. Jembatan ini setelah dites dengan kadar isotop ternyata sudah berumur 1,7 juta tahun.
  • Penelitian oleh Richard Leicky, di tahun 1972, terhadap sedimen Pleistocene di daerah Old Govie Jourg (Kenya, Afrika), memperoleh kesimpulan telah ada peradaban umat manusia pada sekitar 1,7 juta tahun yang lalu.
  • Penemuan arkeologis fosil manusia purba “Pithecantropus Mojokertensis” di Mojokerto, Jawa Timur yang diperkirakan berusia 1,9 juta tahun.
  • Dan bahkan hasil penemuan arkeologis fosil manusia purba “Australopithecus Africanus” di Afrika Selatan diperkirakan berusia 2,5 - 3,5 juta tahun.
  • Di temukannya jejak kaki, yang diduga jejak kaki manusia, yang telah berumur sekitar 3,6 juta tahun, di Laetoli, Tanzania. 

Artinya berdasarkan data arkeologis, diketahui bahwa sudah ada kehidupan manusia purba sejak 1,7 juta tahun - 3,6 juta tahun yang lalu, padahal dari penjelasan Kitab “Permulaan dijadikan Langit dan Bumi” yang ditulis oleh Al-Allamah Syaikh Nuruddin Ali ra diperoleh informasi bahwa ternyata Adam yang ke-1 telah hidup sejak 100 juta tahun yang lalu. Bahkan dalam Kitab “al-Futuhat al-Makkiyah” yg ditulis oleh Muhyiddin Ibnu Arabi ra disebutkan bahwa Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan 100.000 Adam. Dalam Kitab “al-Futuhat al-Makkiyah”, Jilid III, Bab 390, hal. 459, ref. Tafsir Kabir V, yg ditulis oleh Muhyiddin Ibnu Arabi ra disebutkan bahwa suatu hari beliau melihat diri beliau dalam mimpi sedang berthawaf di Ka’bah.

Dalam mimpi itu beliau berjumpa dengan seseorang yang menyatakan dirinya sebagai nenek moyang beliau. Ibnu Arabi bertanya,

"Berapa lama Anda meninggal?" Orang itu menjawab,
"Lebih dari empat puluh ribu tahun”. Ibnu Arabi bertanya,
"Tetapi masa itu jauh lebih lama dari masa yang memisahkan kita dari Adam, bahkan Adam sendiri tidak hidup selama itu." Orang itu menjawab,
"Tentang Adam mana yang engkau maksudkan? Adam yang terdekat dengan dirimu kah atau Adam yang lainnya?" Maka Ibnu Arabi ra kemudian teringat akan sebuah sabda Rasulullah saw yg berbunyi “Innallaaha khalaqa miata alafa Adam” (Sesungguhnya Allah telah menciptakan 100.000 Adam) sehingga akhirnya beliau membatin di dalm hatinya, “Barangkali orang yang mengaku dirinya leluhurku ini seorang dari Adam-Adam terdahulu sebelum Adam yang terdekat denganku." Apa yang disampaikan oleh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Kitabnya “al-Futuhat al-Makkiyah” rupanya senada dengan apa yang disampaikan oleh Fatid Wajid dalam Kitabnya “Da’irah Ma’arif” dan Ibnu Babawayh dalam kitabnya “Al-Tawhid” yang menyebutkan riwayat dari Imam Ja'far Sadiq ra dalam satu hadits yang panjang, dimana dia berkata: "Allah telah menjadikan 100.000 Adam".

Dengan asumsi:
- Periode zaman setiap Adam = 10.000 tahun. Maka:
- Total Periode zaman Adam ke-1 sampai kepada Adam ke-100.000 = 100.000 Adam x 10.000 tahun = 1 Milyar Tahun. Artinya jika Nabiyullah Adam as sebagai Adam yang ke-100.000 hidup pada 10 ribu tahun yang lalu, maka Adam yang ke-1 telah hidup sejak 1 Milyar tahun yang lalu. Dengan asumsi Adam ke-1 telah hidup sejak 1 Milyar tahun yang lalu, maka tidaklah menjadi hal yang “aneh” ketika ditemukan adanya penemuan arkeologis tambang dan reaktor uranium tertua di daerah Oklo, Republik Gabon, Afrika yang diperkirakan berusia 2 Milyar Tahun dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun.

Artinya berdasarkan data penemuan arkeologis tambang dan reaktor uranium tertua di daerah Oklo, Republik Gabon, Afrika, diketahui bahwa sudah ada kehidupan manusia modern sejak 2 milyar tahun yang lalu, dan menurut perhitungan  Ilmu Astronomi, Planet Bumi mulai terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. Dan perhitungan Umur Planet Bumi menurut Ilmu Astronomi ini memiliki keseuaian dengan perhitungan usia planet Bumi sesuai hitungan “Kalpa” dalam ajaran Agama Hindu. Dalam ajaran agama Hindu, Satu “Kalpa” berarti: “Satu Hari bagi Dewa Brahma” dan “Satu Hari bagi Dewa Brahma sama dengan Seribu Yuga”. Sementara dalam Al-Quran disebutkan,

 يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ 
“Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian naik kepada-Nya dalam SATU HARI (YAWM) yang kadarnya adalah SERIBU TAHUN (SANAH) menurut perhitunganmu” (QS. As-Sajadah 32:5)

Menurut Kitab Veda:

1 Kalpa = 1 Hari Brahma.
1 Hari Brahma = 1.000 Yuga. Menurut Kitab Suci Al-Quran:
1 Hari Tuhan = 1.000 Sanah.

Apakah “1.000 Sanah” dalam Kitab Al-Quran ukuran waktunya sama dengan “1.000 Yuga” dalam Kitab Veda?
Dalam Kitab Veda, ukuran “Satu Yuga” terdiri dari empat zaman yakni: Satya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga. Dan jangka waktu pada masing-masing zaman adalah: Satya Yuga = 1.728.000 tahun.
Treta Yuga = 1.296.000 tahun.
Dwapara Yuga = 864.000 tahun.
Kali Yuga = 432.000 tahun. Dan jika jangka waktu keempat zaman tersebut dijumlahkan maka hasilnya adalah: 1.728.000 tahun + 1.296.000 tahun + 864.000 tahun + 432.000 tahun = 4.320.000 tahun (4,32 Juta Tahun). Sehingga:
1 Yuga = 4,32 Juta Tahun. Sementara:
1 Kalpa = 1.000 Yuga.
1 Kalpa = 1.000 x 4.32 Juta Tahun = 4,32 Milyar Tahun.

Jadi:

1 Kalpa = 1 Hari Brahma = 1.000 Yuga = 4,32 Milyar Tahun. Dengan asumsi 1 Hari Brahma = 1 Haru Tuhan, dan 1.000 Yuga = 1.000 Sanah, maka: 1 Hari Tuhan = 1.000 Sanah = 4,32 Milyar Tahun.

Menurut Kitab Suci Al-Quran:

- 1 Hari Tuhan = 1.000 Sanah = 4,32 Milyar Tahun. Sementara dalam Al-Quran disebutkan,

 وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ 
“Dan sungguh Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam ENAM HARI, dan Kami tidak merasa letih sedikit pun”. (QS. Qaf 50:38)

Dan dalam Al-Kitab Perjanjian Lama (al-Ahd al-Qadim) Bab Genesis 1:26-28 disebutkan bahwa Tuhan menciptakan Adam pada hari keenam, sedangkan dalam Hadits yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda bahwa pada Hari Jumat (hari keenam) Nabi Adam as diciptakan (HR. Abu Daud No. 1048).

Artinya apa? Artinya Planet Bumi baru layak ditinggali oleh manusia pada hari keenam menurut perhitungan Tuhan yang sama dengan hitungan 1 Kalpa = 1.000 Yuga / 1.000 Sanah = 4,32 Milyar Tahun.

Dan hal ini memiliki kecocokan dengan apa yang disampaikan oleh Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Kitabnya “al-Futuhat al-Makkiyah” dan Fatid Wajid dalam Kitabnya “Da’irah Ma’arif” dan Ibnu Babawayh dalam kitabnya “Al-Tawhid” bahwa Adam ke-1 dari 100.000 Adam telah diciptakan sejak 1 Milyar Tahun yang lalu.

Wallahu ‘alam Bish Shawab.

Mohon maaf atas kesalahan karena Kesalahan semata-mata datangnya hanya dari diri saya pribadi dan Kebenaran datangnya semata-mata hanya dari Allah Swt Yang Maha Benar dan memiliki kebenaran yang tunggal dan bersifat mutlak.

Sumber : Yeddi Aprian Syakh Al-Athas

Rahasia Moksa dalam ilmu Gematria

Nah kali ini mengawali kajian kita di Bulan Syawal, maka izinkan saya untuk berbagi tulisan tentang MOKSA yang sudah tentu akan mengundang banyak perdebatan ketika kita mendiskusikan tentang fenomena MOKSA ini. Dan khususnya bagi mereka yang hidup di akhir periode zaman ketujuh ini (Rupanta-Ra), maka sebagian dari mereka pasti akan menolak dengan mengatakan bahwa MOKSA hanyalah sebuah cerita dongeng dan mitos belaka yang tidak pernah benar-benar terjadi. Begitu pun sebagian dari kalangan fanatik agama sudah tentu akan mengatakan bahwa MOKSA itu sesat dan menyesatkan.


Untuk itu sebelum kita melanjutkan kajian kita tentang apa dan bagaimana MOKSA, maka saya akan terlebih dulu memberikan beberapa catatan kecil sebelum kita memulai kajian ini...

  1. Tulisan ini cukuplah panjang, maka bacalah dengan perlahan dan jika perlu  disave terlebih dulu dan dibaca kemudian ketika sudah memiliki waktu luang.
  2. Silahkan untuk percaya ataupun tidak percaya dengan isi tulisan ini, karena posisi saya hanyalah sebatas menyampaikan saja.
  3. Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber baik sumber referensi ilmiah ataupun sumber referensi spiritual seperti diskusi lahiriah dan diskusi batiniah.
  4. Beberapa dari isi tulisan ini masih berupa hipotesis yg membutuhkan kajian lebih lanjut dan masih perlu diperbaiki.
  5. Mohon maaf jika ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan dalam tulisan ini, karena ada beberapa rules yang harus dipatuhi. 
Jika Anda setuju dengan beberapa catatan kecil di atas mari kita lanjutkan, dan jika Anda tidak setuju maka disarankan untuk berhenti sampai disini... Nah untuk yang setuju, mari kita mulai ... Namun sebelum kita mulai, yuk sejenak kita kesampingkan dulu ego yg ada di dalam hati kita masing-masing, karena Imam Abu Hamid Al-Ghazali ra mengatakan bahwa hikmah tidak akan pernah dapat dipetik oleh seseorang yg masih memiliki ego di dalam hatinya.

ومن يؤت الحكمة فقد اوتى خيرا كثيرا- ولكن لا تصادف جواهرالحكم فى قلوب هى مزابل الشهوات وملاعب الشياطين بل لايتذكر الا اولوالالباب
"Barang siapa diberi hikmah maka ia telah diberi kebaikan yang banyak. Namun, elemen-elemen hikmah tersebut tidak akan ditemukan di dalam hati yang berisi syahwat (ego). Sebab tidak ada yang bisa mengambil pelajaran dari hikmah tersebut kecuali orang-orang yang menggunakan akalnya.” (Imam Ghazali)

Bismillah...
Iqra bismi rabbikalladzi khalaq...

Kata “MOKSA” berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari akar kata “MUC” yang berarti “be freed” (bebas) atau “freeing” (membebaskan). Dalam Kitab Hindu “Mahanirvana Tantra”, MOKSA diartikan sebagai “Bebas dari ikatan samsara dan berakhir dengan bersatunya jiwatman dengan paratman”. Kata “MOKSA” sebenarnya tidak dikenal dalam kosakata bahasa Jawa ataupun bahasa Sunda. Bahasa Jawa hanya mengenal kosakata “MOKTA” yg kemudian mengalami transliterasi bahasa menjadi “MUKTI” yang berarti “mencapai kebebasan jiwa” sedangkan Bahasa Sunda hanya mengenal kosakata “MOKTENG” yang merupakan akronim dari kata “MOKTA ING” yang kemudian dimaknai sebagai “NGAHIYANG” yang berarti “menghilang”. Dan kosakata “MOKTA” ini dapat kita jumpai dalam Inskripsi Prasasti Batu Tulis Bogor.

“Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana, di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun, ya nu nyusuk na pakwan, diya anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida MOKTA di mguna tiga, i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida MOKTA ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay, nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi.” 

Terjemahan :
“Semoga selamat, ini Tanda Peringatan Prabu Ratu yang telah wafat, Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (Iagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata, yang membuat Parit Pakuan. Dia Putera Rahyang Dewa Niskala yang MOKTA di GUNA TIGA, cucu Rahyang Niskala Wastu Kencana yang MOKTA ke NUSA LARANG, yang membuat tanda peringatan gunung-gunungan dari batu, membuat (hutan) Samida, membuat Sanghyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) lima pandawa emban bumi”.

Sementara dalam Bahasa Kawi (Jawa Kuno), MOKSA disebut dengan kosa kata “KAMUKSAN” yg berarti “wafat dengan disertai badannya, wadagnya atau jasadnya”. Sebenarnya kuranglah tepat jika dikatakan bahwa MOKSA disamakan dengan wafat, orang yang MOKSA ini belumlah wafat karena wafatnya seseorang merupakan satu fenomena tersendiri yang berbeda.

Karena MOKSA sendiri lebih tepat dimaknai “berpindahnya tempat tinggal seseorang dari alam nyata ke alam gaib yg berbeda dimensi, baik jasadnya ataupun ruhaninya”.

Lalu apa makna dari “MOKSA” menurut kajian dan sudut pandang Ilmu Gematria itu sendiri? Untuk memahami makna dari kata “MOKSA” maka saya akan cenderung memaknainya langsung dari kosakata yang digunakan oleh para leluhur kita, yakni “MOKTA”.

Dalam kaidah Ilmu Gematria, kata “MOKTA” tersusun dari rangkaian huruf “Mim - Kaf - Ta” dengan nilai gematria sbb: 
  • Mim = 40.
  • Kaf = 20.
  • Ta = 400.
“MOKTA” = Mim-Kaf-Ta = 40+20+400 = 460. Nah untuk memaknai nilai gematria “460” ini maka kita harus mengkonversinya terlebih dulu menjadi huruf sbb:

460 = 60 + 400.
60 = nilai gematria dari huruf Sin.
400 = nilai gematria dari huruf Ta.

Sehingga: 460 = 60+400 = Sin-Ta (dibaca: “SATO” atau “SAT”).
Lalu apa itu “SATO” dan apa itu “SAT”...?
Mari kita bahas satu persatu...

“SATO” dalam Bahasa Sunda artinya adalah “hewan / binatang”.
Dalam Ajar Pikukuh Sunda yakni dalam “Serat Sewaka Dharma 499” disebutkan bahwa Manusia dibedakan menjadi dua yakni: “MANUSA” dan “JALMA”.
“MANUSA” berasal dari Bahasa Sansekerta yg berasal dari kata MANA yg berarti “pikiran/akal” dan ASSA yg berarti “memiliki”.
Sehingga “MANUSA” bermakna “makhluk yangmemiliki pikiran/akal”.
Sedangkan “JALMA” artinya adalah “JELMAAN”, yakni secara fisik wujudnya adalah MANUSIA, tapi secara entitas batin atau entitas jiwa wujudnya adalah “SATO” yakni “hewan / binatang”.
Jadi “SATO” menurut “Serat Sewaka Dharma 499” bermakna “entitas batin/JIWA dalam diri manusia yg berwujud hewan/binatang”.
Inilah makna dari kata “MOKTA” menurut kaidah Ilmu Gematria. 
Dan makna ini sesuai dengan apa yang diyakini dalam tradisi Ajaran Hindu bahwa “ATMA JNANA” yakni “kesadaran akan sang diri” adalah kunci utama untuk meraih “MOKSA”.

Nah dalam literatur lslam, “ATMA JNANA” yg bermakna “Kesadaran akan Sang Diri” ini disebut sebagai “MA’RIFATUN NAFS” yang bermakna “Mengenal Sang Diri” atau “Mengenal Jiwa”.

Karena itulah sebelum menjalani tata laku MOKSA, maka seseorang harus membekali dirinya terlebih dulu dengan pengetahuan suci tentang Dzat Tuhan yang salah satunya dilakukan dengan cara “Mengenal Sang Diri” atau “Mengenal Jiwa” sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadits,

“Wa man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu”

- Siapa yang mengenal Dirinya (Jiwanya) maka ia akan mengenal Tuhannya.

Nah kembali kepada pemaknaan “MOKSA” menurut ilmu gematria sebagai “SATO” maka ketahuilah wahai Saudaraku bahwa sekurang-kurangnya ada 10 (sepuluh) jenis SATO (Hewan/Binatang) yg ada sebagai Entitas Batin/Jiwa dalam diri manusia, yakni:

1. SATO ‘ANJING’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS KALBIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: suka memonopoli sendiri, suka menilai negatif orang lain (su’udzon) dan suka menghina orang lain.

2. SATO ‘KELEDAI’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS HIMARIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: pandai memikul namun tidak mengerti secuil pun apa yang dipikulnya. Dengan kata lain, ia tidak memahami masalah.

3. SATO ‘SERIGALA’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS SABU’IYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: suka menyakiti atau menganiaya orang lain dengan cara apapun.

4. SATO ‘TIKUS’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS FA’RIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: suka merusak, menilep, mencuri, korupsi atau sejenisnya.

5. SATO ‘HEWAN BERBISA’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS DZATIS SUHUMI WA HAMATI WAL HAYATI WAL AQRABI”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: suka menyindir-nyindir orang, suka menyakiti hati orang lain, dengki, dendam, dan sejenisnya.

6. SATO ‘BABI’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS KHINZIRIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: suka kepada yang kotor,busuk, apek, dan menjijikkan.

7. SATO ‘BURUNG MERAK’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS THUSIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: suka menyombongkan diri, suka pamer, suka berlagak, busung dada, dan sebagainya.

8. SATO ‘UNTA’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS JAMALIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: tidak mempunyai sopan santun, tidak mempunyai kasih sayang, tidak mempunyai tenggang rasa sosial, tidak peduli kesusahan orang, yang penting dirinya selamat dan untung.

9. SATO ‘BERUANG’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS DUBBIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: biarpun kuat dan gagah, tapi akalnya tidak dipakai.

10. SATO ‘MONYET’ Dalam literatur Islam disebut sebagai “NAFS QIRDIYAH”. Perwujudan dari entitas SATO ini antara lain: jika diberi ia mengejek, jika tidak dikasih ia mencibir, sinis, dan suka melecehkan/memandang enteng orang lain.

Nah inilah makna yang sebenarnya dari kata “MOKTA” yang berarti “mencapai kebebasan jiwa” yakni lebih tepatnya adalah “mencapai kebebasan jiwa dari segala entitas jiwa yang bernama SATO”.

Nah dalam kaidah Ilmu Gematria, kata “MOKTA” yang memiliki nilai gematria “460” selain dimaknai sebagai “SATO” juga dapat dimaknai sebagai “SAT”.
Lalu apa itu “SAT”....? “SAT” dalam bahasa Avesta (Persia) berarti “ADA”.
Konsep “SAT” ini kemudian dijabarkan sebagai Konsep “KUADRAN TETRALEMMA” yang membagi “SAT” menjadi 4 (empat) entitas, yakni:

1. SAT.
2. ASAT.
3. SAT-ASAT.
4. ANIRVACANIYA.

Mari kita bahas satu persatu..

1. SAT “SAT” memiliki arti “ADA”. Menurut konsep “SAT”, Alam Semesta dan segala isinya berasal dari sesuatu yang ADA yang disebut sebagai “SAT” yang dapat dipahami, bersifat konkrit, afirmatif, dan kekal abadi. Maka setelah alam semesta dan segala isinya musnah, maka yang akan tetap ADA hanyalah “SAT” sebagai Dzat Yang Abadi.

2. “ASAT” “ASAT” secara sederhana dimaknai sebagai “Dualisme dari Yang ADA dan Akan Terus ADA selamanya sampai kapanpun”. Jika “SAT” yg berarti “ADA” memiliki Sifat Keabadian, maka “ASAT” memiliki sifat kebalikannya, yakni memiliki sifat NIHILISME atau “KETIADAAN”. Dalam Konsep “ASAT” bahwa segala sesuatunya di alam semesta ini hakikinya adalah “ASAT” atau “TIADA” karena yang ADA hanyalah “SAT” yang Maha ABADI.

3. SAT-ASAT “SAT-ASAT” memiliki arti “ADA sekaligus TIDAK ADA”. Menurut konsep “SAT-ASAT”, Alam semesta dan segala isinya dari ADA akan kembali menjadi TIDAK ADA dan konsep ini disebut sebagai “Annihilation” atau “Pemusnahan”.

4. ANIRVACANIYA “ANIRVACANIYA” memiliki arti “segala sesuatu di alam semesta ini hanyalah ILUSI”. Menurut konsep “ANIRVACANIYA”, Alam semesta dan segala isinya hanyalah merupakan pantulan dari rupa dan wujud Tuhan.

Nah pengetahuan tentang 4 (empat) entitas “SAT” ini sebenarnya telah lama dikenal oleh leluhur kita sebagai konsep 3 (tiga) “TATTWA” yg bermakna “tiga hakikat Tuhan” yg dikenal sejak ribuan tahun yg lalu dalam ajaran Agama asli khas Nusantara yang bernama “SAIWASIDDHANTA”, yang menitikberatkan kepada pengetahuan spiritual yang tinggi, khususnya pengetahuan tentang tata cara MOKSA melalui laku semedhi atau meditasi.

Dalam ajaran Agama  “SAIWASIDDHANTA” disebutkan bahwa sebelum melakukan laku MOKSA, maka seseorang harus terlebih dulu membekali dirinya dengan pengetahuan tentang Dzat Mutlak Yang  Tertinggi, yang memiliki tiga “TATTWA” sebagai berikut:

1. SIWA-TATTWA TATTWA yang pertama ini bersifat NISKALA yg berarti “tidak berwujud” dan TATTWA ini disebut PARAMASIWA atau PARAMESWARA. TATTWA inilah yang dalam Bahasa Avesta (Persia) disebut sebagai “ASAT”.

2. SADA-SIWA-TATTWA TATTWA yang kedua ini bersifat SAKALA-NISKALA yg berarti “berwujud-tak berwujud”. TATTWA inilah yang dalam Bahasa Avesta (Persia) disebut sebagai “SAT-ASAT”.

3. SAKALA-TATTWA TATTWA yang ketiga ini bersifat SAKALA yg berarti “berwujud” dan berhubungan langsung dengan peristiwa alam, yaitu penciptaan alam, penjagaan dan pengaturan alam, serta penghancuran alam. TATTWA inilah yang dalam Bahasa Avesta (Persia) disebut sebagai “SAT”.

Jadi, leluhur kita di masa lalu tidak pernah menyembah selain kepada Tuhan Yang Maha Agung. Meskipun ia adalah seorang Dewa, Bhatara atau Sang Hyang sekalipun, semua itu tetap mereka anggap sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan tentunya tidak layak untuk disembah. Tuhan-lah yang mereka yakini dan mereka sembah, yang telah mereka pahami sebagaimana yang terdapat dalam ajaran Agama SAIWASIDDHANTA di atas.

Karena itulah, untuk bisa MOKSA maka seseorang harus membekali dirinya terlebih dulu dengan pengetahuan suci tentang Dzat Tuhan Yang Maha Kuasa yang dalam tradisi Ajaran Hindu disebut sebagai 4 (empat) YOGA sebagai MARGA (jalan) untuk mencapai MOKSA, yakni: 

1. KARMA YOGA, yakni berbakti demi Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. JNANA YOGA, yakni memahami Tuhan Yang Maha Kuasa.
3. RAJA YOGA, yakni bermeditasi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
4. BHAKTI YOGA, yakni melayani Tuhan Yang Maha Kuasa dengan bakti yang tulis.

Jadi, menurut ajaran Agama SAIWASIDDHANTA sebelum seseorang melakukan MOKSA, maka ia harus terlebih dulu menguasai berbagai ilmu yang dimulai dari tingkat Kanuragan hingga sampai kepada tingkat Kasampurnaan Diri, yang dalam Agama Islam disebut dengan istilah “Insan Kamil” atau dengan kata lain ia harus terbiasa dengan yang namanya “olah raga” dan “olah batin”.

Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, mereka itu sudah terbiasa dalam urusan TIRAKAT (mengurangi makan, minum, dan tidur), berpuasa, bahkan bertapa brata (tidak makan, tidak minum dan tidak bergerak) dalam waktu tertentu.

Dan hal ini dilakukan oleh leluhur kita tidak dalam waktu satu atau dua tahun saja, melainkan dilakukan selama puluhan atau bahkan ratusan tahun.

Sebenarnya ada cara yang jauh lebih mudah dan lebih cepat untuk menjalankan laku MOKSA jika sekiranya kita mengetahui rahasianya, dan dalam sebuah diskusi batiniah saya dengan Sang Guru yang saya lakukan sepanjang Bulan Ramadhan yang lalu terungkap bahwa laku MOKSA dapat dilakukan dalam waktu yang jauh lebih singkat dan proses yang jauh lebih cepat jika kita mengetahui rahasia dari MOKSA itu sendiri yakni pertama, terkait “apa yang dibaca” dalam menjalankan laku MOKSA dan kedua, terkait “kapan waktu yang tepat” dalam menjalankan laku MOKSA.

Dan ketika kita mengetahui kedua rahasia ini maka niscaya proses MOKSA pun dapat dengan mudah dilakukan dalam waktu yang jauh lebih singkat dan proses yang jauh lebih cepat. Namun terkait kedua rahasia ini mohon maaf saya tidak dapat mengungkapkannya dalam tulisan ini. Karena ia hanya boleh disampaikan dan diajarkan secara tatap muka dan itupun hanya kepada mereka yang benar-benar serius ingin menjalankan laku MOKSA

Lantas apa yang terjadi selanjutnya ketika seseorang telah berhasil menjalankan laku MOKSA ini...?

Wahai Saudaraku ... Dalam sebuah dialog batiniah saya dengan Sang Guru, Sang Guru menyampaikan bahwa dimensi RUANG dan WAKTU diciptakan Allah Swt dengan jumlah 103 lapisan dimensi, dimana jumlah 103 lapisan dimensi ruang dan waktu ini kemudian diabadikan dalam Kitab Suci Al-Qur’an sebagai kodifikasi nomor surat ke-103 yakni Surat AL-ASHR yg berarti “WAKTU” yakni tepatnya bermakna “103 lapisan dimensi ruang dan waktu” dimana pada masing-masing lapisan dimensinya dihuni oleh jenis makhluk yang berbeda-beda.

Dan dalam Kitab Veda Bhagavata Purana disebutkan sbb, “Bumi sejatinya berbentuk seperti Bunga Teratai datar dengan dimensi-dimensi berbeda yang bisa dilihat sekaligus .....”

Dan perlu diketahui bahwa alam nyata duniawi yang kita tempati saat ini dimana kita hidup bersama berbagai spesies hewan dan tumbuhan adalah “Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-3”.

Sedangkan makhluk yang bernama JIN menempati “Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-4”. Jadi, proses MOKSA itu terjadi dalam dua tahapan. 

TAHAP PERTAMA, ketika hendak MOKSA, maka terlebih dulu seseorang akan membagi dirinya atau membelah dirinya menjadi dua diri atau lebih (semakin berat dan semakin sulit proses laku MOKSA yang dijalaninya maka akan semakin banyak duplikat diri yang dihasilkan). Diri yang pertama akan lebih dulu berpindah tempat ke alam dimensi lainnya, yakni tepatnya berpindah ke “Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5” sementara duplikat dirinya yang kedua, ketiga atau lebih akan tetap tinggal di alam nyata duniawi selama beberapa waktu yang telah ditentukan.
TAHAP KEDUA, setelah 1 sampai 3 tahun, barulah duplikat diri seseorang yang masih berada di alam nyata duniawi kemudian akan ikut berpindah ke “Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5” untuk segera bisa menyatu kembali dengan belahan dirinya yang lain yang telah lebih dulu berpindah ke “Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5“. TAHAP KEDUA ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yakni:

1. Berpindah sebelum kematian.

Seseorang yang MOKSA dengan cara pertama ini biasanya akan lenyap tubuh jasad ragawinya sebelum ia mengalami kematian, atau bisa juga tubuh jasad ragawinya diangkat naik ke langit sebagaimana terjadi pada Kisah Nabi Isa as yang diabadikan dalam Al-Qur’an. 
Nah cara MOKSA yang pertama ini ternyata juga pernah terjadi ketika Rasulullah saw masih hidup.
Setelah perang Uhud, Rasulullah saw menikahi Zaynab ra putri Khuzaymah dari suku ‘Amir, janda dari ‘Ubaydah ra yang dikenal sebagai ‘ibu kaum papa’. Perkawinan ini mendekatkan Abu Bara’ dari suku ‘Amir kepada Rasulullah saw. Ketika Islam diperkenalkan kepadanya, ia tidak menolaknya. Saat itu ia belum memeluk Islam, namun meminta agar beberapa orang muslim diutus untuk mendakwahkan Islam kepada seluruh warga sukunya. Rasulullah saw mengatakan bahwa beliau khawatir bahwa utusan beliau akan diserang oleh suku Ghatafan. Abu Bara’ sebagai kepala suku ‘Amir berjanji akan melindungi para utusan, maka Rasulullah saw mengutus empat puluh sahabat yang benar-benar mengenal Islam dan menunjuk Mundzir ibnu ‘Amr ra sebagai pemimpin. Di antara para utusan terdapat ‘Amir ibnu Fuhayrah ra, bekas budak Abu Bakar yang dipilih menemaninya dan Nabi ketika hijrah dengan cara mengembalakan kambing di belakang perjalanan Rasulullah saw dan Abu Bakar ra untuk menghapus jejak. Keponakan Abu Bara’ yang berambisi menggantikan kedudukannya sebagai kepala suku membunuh salah seorang sahabat yang diutus Rasulullah saw untuk mengantarkan surat kepada Abu Bara’. Abu Bara’ meminta warga sukunya agar menghentikan pembunuhan terhadap sahabat Rasulullah saw yang lain. Ketika warga suku ‘Amir ternyata lebih mematuhi Abu Bara’, sang keponakan yang frustasi menghasut dua kabilah dari suku Sulaym yang baru-baru ini terlibat permusuhan dengan Madinah. Mereka segera mengirim satu pasukan berkuda dan membantai habis semua utusan Rasulullah saw di dekat sumur Ma’unah, kecuali dua sahabat yang sedang memberi makan unta di padang rumput, yakni Harits ibnu Simmah ra dan ‘Amr dari Dhamrah ra, salah satu warga kabilah Kinanah. Saat mereka berdua kembali dari padang rumput, mereka terkejut melihat banyak sekali burung bangkai terbang rendah di atas perkemahan mereka, seakan berada di suatu medan perang dimana pertempuran baru saja berakhir. Mereka melihat sahabat-sahabatnya terkapar wafat di atas genangan darah, sementara para penunggang kuda dari Bani Sulaym berdiri di dekat mereka asyik berbincang dan tidak menyadari kehadiran mereka berdua. Melihat pemandangan tersebut, ‘Amr hendak melarikan diri, namun Harits berkata, “Aku tak akan pernah mundur dari medan perang, dimana Mundzir telah wafat di atasnya.” Maka Harits segera maju menghadapi para penunggang kuda itu, menyerang dengan tangkas dan menewaskan dua orang sebelum akhirnya ia terkalahkan dan tertawan. Anehnya para penunggang kuda tersebut nampaknya enggan membunuh atau membalas dendam, meskipun dua teman mereka telah tewas. Lalu mereka menanyakan apa yang diinginkan Harits dan ‘Amr dari mereka? Harits menjawab bahwa ia ingin tahu dimana mayat Mundzir dan meminta dilepaskan untuk bertarung dengan mereka. Mereka mengabulkan permintaannya dan ia berhasil membunuh dua musuhnya sebelum dia sendiri akhirnya terbunuh. ‘Amr dibebaskan dan mereka menyuruhnya memperkenalkan nama-nama sahabatnya yang telah wafat satu per satu. ‘Amr mengamati sahabat-sahabatnya satu per satu dan memperkenalkan mereka. Kemudian mereka menanyakan adakah sahabat ‘Amr yang tidak ditemukan di situ? “Aku tidak menemukan jasad ‘Amir ibnu Fuhayrah ra bekas budak Abu Bakar ra,” jawabnya. “Apa kedudukannya di antara kalian?” tanya mereka. “Dia adalah orang yang terbaik di antara kami, salah seorang sahabat utama Rasulullah saw” jawab ‘Amr. “Maukah engkau mendengar cerita kami tentang dia?” Tanya mereka. Maka dipanggillah seorang pria bernama Jabbar yang mengaku telah membunuh ‘Amir. Jabbar bercerita bahwa dia telah menusuk ‘Amir dengan tombak dari belakang hingga tembus ke dadanya. Dan pada tarikan nafas terakhir, ia mengucapkan “Aku telah mendapatkan kemenangan dari Allah!” “Bagaimana mungkin ia mengatakan itu?” Pikir Jabbar yang merasa dirinya lebih berhak merasa menang. Dengan takjub dia mencabut tombaknya dan lebih takjub lagi, ketika dia menyaksikan tubuh ‘Amir terangkat ke atas oleh tangan-tangan gaib, terus naik ke atas langit, hingga tak terlihat lagi. Ketika dijelaskan oleh ‘Amir bahwa yang dimaksudkan ‘kemenangan dari Allah’ adalah surga, Jabbar langsung masuk Islam. Setelah Rasulullah saw mendengar peristiwa itu, beliau mengatakan bahwa para malaikat telah mengangkat ‘Amir ke atas ‘Illiyun, yaitu surga yang tertinggi.

2. Berpindah setelah kematian.

Seseorang yang MOKSA dengan cara kedua ini akan tetap mengalami kematian, namun biasanya ketika akan dikubur maka jasad ragawinya akan langsung menghilang dan hanya tersisa kain kafannya saja atau ada pula yang jasad ragawinya tetap ada ketika dikubur namun jika kuburannya digali kembali maka jasad ragawinya sudah tidak ada lagi tanpa bekas. Nah cara MOKSA yang kedua ini rupanya juga pernah terjadi dalam Sejarah Islam sebagaimana disebutkan dalam Kitab “Durratun Nashihin” hal. 43-44, karya Syeikh Utsman bin Hasan al Khaubari ra yang menyebutkan sbb,

 حُكِيَ  أَنَّ امْرَأَةً فِيْ بَيْتِ الْمَقْدِسِ كَانَتْ عَابِدَةً إِذَا جَاءَ  رَجَبُ تَقْرَأُ كُلَّ يَوْمٍ (قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ) اِثْنَتَيْ  عَشْرَةَ مَرَّةً تَعْظِيْمًا لَهُ وَكَانَتْ تَنْزِعُ اللِّبَاسَ  الْأَطْلَسَ وَتَلْبَسُ ثَوْبَ الْبَلَاسَ 

Diceritakan, bahwa sesungguhnya di Baitul Maqdis ada seorang perempuan ahli ibadah, jika tiba bulan Rajab, ia membaca surat Qul Huwallahu Ahad setiap hari sebanyak 12.000 kali.  Dia melepas pakaian lusuhnya dan berganti mengenakan pakaian yang  terbuat dari bulu.

 فَمَرِضَتْ فِيْ  رَجَبَ وَأَوْصَتْ اِبْنَهَا أَنْ يَدْفِنَهَا مَعَ بَلَاسِهَا  فَكَفَّنَهَا اِبْنُهَا فِيْ ثِيَابٍ مُرْتَفِعَةٍ رِيَاءَ النَّاسِ 

Pada  suatu ketika dalam bulan Rajab, ia jatuh sakit dan berwasiat pada  puteranya, apabila ia mati supaya dikubur bersama pakaiannya yang  terbuat dari bulu, akan tetapi si anak mengkafani jenazah ibunya dengan  pakaian yang mahal, dengan tujuan pamer kepada orang-orang.

 فَرَآهَا فِي الْمَنَامِ فَقَالَتْ يَا بُنَيَّ لِمَ لَمْ تَأْخُذْ بِوَصِيَّتِيْ إِنِّيْ غَيْرُ رَاضِيَةٍ عَنْكَ 

Syahdan, si anak bermimpi melihat ibunya berkata padanya :
“Wahai anakku, kenapa engkau tidak melaksanakan wasiatku? Sesungguhnya aku tidak ridha kepadamu”.

 فَانْتَبَهَ فَزِعًا وَنَبَشَ قَبْرَهَا فَلَمْ يَجِدْهَا فِيْ قَبْرِهَا وَتَحَيَّرَ وَبَكَى بُكَاءً شَدِيْدًا 

Maka si anak kaget dan terbangun dari tidurnya. Dia cepat-cepat menggali kembali kuburan ibunya, namun dia tidak mendapati ibunya didalam kuburnya. Diapun bingung dan menangis sejadi-jadinya.

 فَسَمِعَ نِدَاءً يَقُوْلُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ مَنْ عَظَّمَ شَهْرَنَا رَجَبَ لَا نَتْرُكُهُ فِي الْقَبْرِ فَرِيْدًا وَحِيْدًا 

dan  diapun mendengar suara yang berkata:
“Tidaklah engkau tahu, bahwa barang siapa yang mengagungkan bulan kami, bulan Rajab maka tidak akan Kami tinggalkan sendirian di dalam kuburnya”.

Nah lewat penjelasan kedua tahapan MOKSA inilah akhirnya membuat saya paham mengapa bisa ada dua sosok SOEKARNO (ada Ir. Soekarno dan ada MR. Soekarno), dan saya juga menjadi paham mengapa petilasan (bukan makam) GAJAH MADA bisa ada di banyak tempat di Nusantara sebelum akhirnya seluruh duplikat diri GAJAH MADA berpindah ke alam dimensi lain dan menyatu dengan diri yang lainnya yang telah lebih dulu berpindah  dimensi. Lalu Pertanyaan berikutnya adalah:

“Kapan proses MOKSA itu dimulai?” Semua proses MOKSA dimulai setelah seseorang yang menjalankan proses laku MOKSA sudah bisa melihat sebuah PINTU ANTAR DIMENSI yang berwarna putih bercahaya, dan PINTU ANTAR DIMENSI ini hanya disediakan bagi mereka yang telah berhasil dan sukses menjalankan proses laku MOKSA. Selanjutnya, mereka yang sudah berhasil berpindah tempat ke Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5 inilah yang akhirnya dikatakan telah MOKSA. Disana mereka akan hidup tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka lakukan saat mereka masih berada di dunia nyata. Hanya saja apa yang mereka lakukan disana sudah tidak lagi semata-mata untuk urusan perut dan dibawah perut. Artinya, kebiasaan buruk yang melekat pada saat mereka masih berada di dunia nyata, tidak lagi mereka lakukan. Jadi, orang-orang yang telah MOKSA ini akan sangat bahagia dalam hidupnya. Mereka juga bisa melakukan apa saja dan kemana saja yang mereka inginkan tanpa alat bantu dan kendaraan, bahkan hanya dalam waktu sekejab mata. Sesama mereka juga bisa bersosialisasi dengan berbincang-bincang atau berdiskusi tentang banyak hal termasuk tentang apa saja yang sedang terjadi di alam dunia nyata baik secara langsung tatap muka ataupun dari jarak jauh (telepati). Tidak ada bahasa yang akan membatasi mereka disana, karena setiap orang bisa berbicara dalam semua bahasa yang ada meskipun mereka berbeda bangsa dan ras. Begitu pula dengan sandang, pangan dan papan bukanlah hal yang pokok bagi mereka semua. Tetapi jika mereka menginginkannya, maka mereka akan melakukannya. Disana tidak ada batas negara dan tidak pula ada pemimpin. Semua orang memiliki hak yang sama, tidak ada yang bisa menindas atau pun mencela orang lain. Terlebih masalah kepercayaan atau agama, maka siapapun memiliki keyakinannya sendiri. Setiap orang akan melakukan ibadah sesuai pula dengan keyakinannya masing-masing. Hanya saja memang beberapa di antara mereka ada yang tetap menjalankan dakwah Islami, sebagaimana yang telah ia lakukan di alam nyata duniawi dulu. Mereka inilah yang disebut sebagai RIJALUL GHAIB dan WALIYULLAH. Pertanyaan berikutnya:
“Lantas apa lagi yang terjadi bagi mereka yang telah MOKSA itu?” Pada Alam Ruang dan Waktu dimensi ke-5, seseorang yang telah berhasil MOKSA lalu diberikan pilihan untuk tetap tinggal di Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5 atau berpindah ke dimensi lainnya yang lebih tinggi. Tentunya semua itu dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan harus berdasarkan kemampuan diri dari yang bersangkutan. Semakin “berat” dan “panjang” proses laku MOKSA yang mereka lalukan maka mereka pun bisa menjelajahi lebih banyak lapisan alam dimensi yang lainnya, bahkan sampai kepada Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-58 (batas dimensi terakhir), karena mulai Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-59 sampai dengan Dimensi ke-103 adalah tempat khusus bagi para malaikat dan ruh-ruh suci.

Berikut saya paparkan nama-nama Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-3 sampai dengan Dimensi ke-12.

  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-3 disebut “Alam ARYASYI”, disinilah manusia, hewan dan tumbuhan tinggal.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-4 disebut “Alam MARTAYASYI”, disinilah para JIN tinggal.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5 disebut “Alam GALATASYI”, disinilah orang-orang yang MOKSA tinggal.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-6 disebut “Alam MALKATASYI”, disinilah para raja-raja agung yang MOKSA tinggal
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-7 disebut “Alam NILBATI”, disinilah para Naga tinggal.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-8 disebut “Alam WUJUDASYI”.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-9 disebut “Alam RAMATASYI”, disinilah para peri tinggal.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-10 disebut “Alam GULATASYI”.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-11 disebut “Alam SAMSYI”, disinilah para dewa-dewi tinggal.
  • Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-12 disebut “Alam PALATASYI”, disinilah para sanghyang, dan nabi-nabi yang masih hidup tinggal.
Dan seterusnya hingga Batas Terakhir Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-58.

Pertanyaan berikutnya:
“Lalu seperti apa kondisi Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5 sampai Dimensi ke-58?”

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa kehidupan pada Alam Ruang dan Waktu Dimensi ke-5 sampai dengan Dimensi ke-58 itu pada dasarnya hampir sama dengan yang ada di atas muka Bumi ini. Ada padang rumput, hutan, gunung, air terjun, sungai, danau, lautan, langit, awan, hujan dan sebagainya. Semuanya tidak jauh berbeda dengan yang ada di alam nyata duniawi, hanya saja disana wilayahnya jauh lebih luas dan kondisinya terasa lebih indah dan menyenangkan. Bahkan ada beberapa dimensi yang kondisinya tidak bisa lagi dibandingkan dengan kondisi di Bumi ini, karena memang sangat jauh berbeda, dan jauh lebih indah.

Pertanyaan berikutnya,

“Jadi orang yang MOKSA ini berarti tidak pernah mati?” Bisa dikatakan demikian. Tetapi disini perlu dipahami juga bahwa orang yang MOKSA itu bukan berarti ia akan hidup selamanya. Mereka hanya tidak mengalami kematian sebagaimana umumnya manusia di dunia. Mereka tidak pula didatangi oleh malaikat pencabut nyawa untuk diambil nyawanya, namun mereka ini tetap akan mati pada suatu saat nanti. Hanya saja waktunya tidak sekarang, melainkan nanti bersamaan dengan datangnya Hari Kiamat. Saat dimana semua makhluk yang ada di alam semesta ini dihancurkan dan binasa. Pertanyaan berikutnya,
“Jika begitu, maka orang yang MOKSA ini bisa diartikan sebagai sosok yang umurnya ditangguhkan?” Benar. Mereka yang MOKSA adalah sosok pribadi-pribadi yang telah ditangguhkan umurnya hingga datangnya Hari Kiamat. Begitulah kehendak Allah Swt, dan hal ini tentunya tidak berlaku bagi semua makhluk yang ada di muka Bumi. Kesimpulan: Lalu dari semua penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa MOKSA adalah bagian dari mitologi agama. Karena MOKSA sendiri adalah salah satu karunia terbesar dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada umat manusia agar ia bisa menjalani kehidupan lain pada alm dimensi yang lainnya. Dimana disana sudah tidak lagi terikat dengan ketuaan dan kematian kecuali kiamat. Tetapi dalam hal ini ia tidak pernah dipaksakan dan tidak pula mudah untuk ditunaikan. Karena MOKSA sendiri hanyalah sebagai satu pilihan yang bisa diambil oleh seseorang dalam hidupnya. Sehingga lebih baik untuk tidak diwajibkan bagi siapapun khususnya di masa sekarang ini. Tapi bagi yang mau dan mampu, ya silahkan saja, karena itu adalah sebuah pilihan hidup pribadi. Sungguh tidak mudah untuk MOKSA dan tidak semua orang bisa berhasil melakukannya. Ia hanya diperuntukkan bagi mereka yang sebelumnya telah melakukan latihan yang keras, baik raga maupun batinnya. Tujuannya tiada lagi selain hanya untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan yang sejati. Maka dari itulah, orang-orang yang mulia, yaitu para Nabi dan Rasul, meskipun mereka tahu namun tidak pernah mengajarkan secara luas tentang MOKSA kepada umatnya. Mereka berbuat seperti itu karena khawatir bisa memberatkan dan menyengsarakan umatnya saja terutama bagi yang lemah fisiknya. Terlebih dalam hal ini sesungguhnya MOKSA sendiri bukanlah satu-satunya cara untuk mendapatkan pencerahan yang sejati. Ada cara lainnya yang lebih mudah dan termaktub di dalam ajaran Tuhan, yaitu mengamalkan ajaran agama yang ada di dalam kitab suci para Rasul terdahulu dan tentunyakita sebagai At Islam diwasiatkan untuk berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan benar dan bersungguh-sungguh. Demikianlah hasil diskusi kami di dalam Whatsapp Group Panji Pandu Nuhsantara. Semoga dapat membuka wawasan pemikiran dan pemahaman kita tentang MOKSA. Mohon maaf atas kesalahan karena Kesalahan semata-mata datangnya hanya dari diri saya pribadi dan Kebenaran datangnya semata-mata hanya dari Allah Swt Yang Maha Benar dan memiliki kebenaran yang tunggal dan bersifat mutlak.

Sumber: Yeddi Aprian Syakh Al-Athas

Kamis, 14 Juni 2018

Anak ketiga selalu tampil mengesankan, cari tahu faktanya disini


Apakah anda anak ketiga?

Pohon yang berbuah tidak akan pernah sama, dan buah yang jatuh dari pohon tidak harus selalu berada di bawahnya, itu menandakan bahwa perbedaan dan pengecualian itu selalu ada, dan bukan untuk diperdebatkan melainkan mari kita jadikan bahan renungan dan pembelajaran.

kali ini areahoax akan mengupas tuntas tentang keunikan yang dimiliki oleh anak ketiga, tidak ada hubungannya dengan mata ketiga atau mata batin, anak indigo, apalagi hubungan orang ketiga. Hehe

Anak ketiga selalu tampil mengesankan, cari tahu faktanya disini


Oke buibu, pabapa, deade, tanpa banyak basa-basi Inilah beberapa fakta yang mengagumkan tentang Anak ketiga :

Paling berbeda


Sangat jauh dengan kakak kakak nya, ternyata anak ketiga satu ini selalu ingin terlihat tampil paling berbeda, baik dari sifat maupun style nya.
Kadang kadang ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua nya maupun saudara kandungnya sendiri.
Tidak heran kalau anak ketiga ini biasanya menonjol dalam hal kepribadian atau keterampilan nya.

Sensitif


Entah kenapa jika dibandingkan dengan yang lainnya, anak ketiga ini lebih peka terhadap situasi maupn kondisi.
Sifatnya yang sensitif sangat mudah sekali terbawa oleh lingkungan sekitarnya, suasananya yang tidak stabil memungkinkan oleh tersebut menjadi sangat sensitif dalam hal urusan perasaan. Hati dan pikirannya seperti angin yang gampang sekali tertiup, namun kadang bisa menjadi angin topan jika suasana hati nya terlalu banyak beban.

Keras kepala


Ini yang paling menakjubkan dari fakta tersebut, keras kepala bukan berarti kepalanya keras seperti baja atau keramik. Hehe
Keras kepala disini adalah selalu mempertahankan argumentasi atau ide yang di keluarkan oleh dirinya, sebisa mungkin dia akan mempertahankannya sampai titik darah penghabisan.

Tak peduli kata orang lain


Ini adalah kelanjutan dampak dari keras kepala itu sendiri, jika menginginkan sesuatu yang menurutnya benar, anak ketiga tidak akan pernah memperdulikan pendapat orang lain.
Jika menurut nya benar, apapun alasan orang lain, seberapa hebat orang lain merayu, dia tak akan goyah.

Canggung dan ceroboh


Anak ketiga ini jika berada di lingkungan yang baru, dia akan terlihat canggung dan kadang kadang yang dilakukan oleh spontanitas nya itu kecerobohan.
Baru tersadar kalau yang dilakukannya itu ceroboh beberapa saat kemudian.
Unik memang jika kita perhatikan sekilas, namun kecerobohan itu yang membuat anak ini banyak sekali pengalamannya.

Setia dan sangat peduli


Ini yang saya sukai dari anak ketiga ini, jangan pernah takut di sakiti atau dihianat olehnya. Karena kepribadian dari anak ini akan setia sampai mati jika sama pasangan nya, bukan sama setiaband ya... heheh kalau sama teman nya yang sangat disukai, atau teman karib kalau kata penyanyi dangdut mah, dia akan lebih perhatian dalam hal yang tidak akan orang lain perhatikan dan kepedulian nya itu loh yang saya kagumi.
Sosial nya Tinggi bahkan pohon kelapa pun kalah tingginya sama anak ini. Ckckck

Slalu mengagumkan


Kelakuan nya itu biasa biasa saja, namun selalu saja membuat kesan yang tak akan mudah untuk dilupakan.
Mengagumkan sih, berbeda sekali dengan kakak nya yang kedua.
Jika anda pernah melihat sosok seperti di atas saat kamu jalan jalan di luar, atau di sekolah. Itu sangat gampang sekali ditebak kalo dia adalah anak ketiga.

Pemalu tapi nyatanya kalau akrab jadi super karib.


Untuk bisa kenal, ngobrol, sampai tawa tiwi dengan anak yang satu ini, sangat susah sekali.
Butuh kesabaran, ketekunan, perlu perjuangan yang ekstra luar biasa. Tapi menurut saya perjuangan itu tak akan pernah sia sia bila anak ketiga ini sudah welcome terhadap anda.

Itu adalah beberapa kenyataan yang banyak dimiliki oleh anak ke-tiga, sebenarnya didalam setiap diri manusia itu hampir semua sifat itu ada sejak kita terlahir kedunia ini.

Namum ada beberapa sifat yang menonjol yang tidak dimiliki oleh anak pertama dan kedua, perbedaan itu bukanlah sesuatu yang harus di cemaskan apalagi sampai menjadi sebuah keakuan pada setiap anak.
Mari jadikan perbedaan sifat itu indah dan berwarna menjadi sebuah keharmonisan dalam menjalani kehidupan ini.

Senin, 11 Juni 2018

Sisi Positif Setan dan Iblis

Jauh sebelum peradaban manusia menguasai dunia ini, konon katanya dahulu bumi ini di sisi oleh golongan jin. Namun tidak berlangsung cukup lama dikarenakan yang terjadi di muka bumi adalah kehancuran. Sampai suatu saat terciptalah satu makhluk yang dinamakan manusia yang terbentuk dari tanah, dan bernama adam.
Adam diproyeksikan akan menjadi nabi pertama, dan kelak anak cucunya lah yang akan menguasai alam semesta ini. Pada saat itulah semua makhluk yang tercipta jauh sebelum adam seperti jin dan malaikat tunduk hormat kepada manusia, atas perintah yang maha kuasa.


Namum, ada satu mahkluk yang tidak mau tunduk hormat kepada adam yaitu iblis. Karena alasannya jelas terbuat dari api yang membara, selalu patuh kepada sang pencipta dan sekaligus iblis adalah guru dari mahluk makhluk yang lainnya dan juga Kehebatan nya dalam hal apapun sudah tidak terbantahkan lagi.
Maka dengan alasan itulah akhirnya iblis tidak akan pernah hormat kepada manusia, dan berjanji dengan sesungguhnya akan selalu menggoda manusia sampai kiamat tiba.

Setelah kejadian tersebut, rupanya janji itu benar-benar dibuktikan oleh iblis, dengan sekali menggoda, dia telah menunjukkan tekadnya bahwa yang di janjikan nya itu benar-benar.
Dan terbukti, pada hari itu adam telah tergoda untuk pertama kalinya oleh iblis. Dengan tidak sengaja memakan buah terlarang yang dimanipulasi oleh iblis, Adam pun akhirnya diturunkan ke bumi karena telah menyalahi aturan surga.


Sisi Positif Setan dan Iblis


Itulah cerita awal dari permulaan peradaban manusia.

Cerita tinggal lah sebuah cerita, kita tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu, apapun alasannya di masa lampau tugas kita sekarang adalah memastikan cerita berlanjut sampai ke generasi generasi berikutnya.
Jika kita mengkaji cerita diatas dengan kacamata yang lebih luas, kejadian tersebut bisa dikatakan adalah kesalahan yang membawa keberkahan. Hehehe
Dalam kesempatan yang sangat baik ini, saya akan mengkaji tentang keberadaan iblis yang selalu menggoda.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa satu kata seribu makna, satu cerita pun pasti nya akan banyak makna penafsiran nya.
Kita semua sudah tahu dan yakin sekali kalau iblis itu nyata keberadaan nya, tidak pernah akan bosan untuk selalu menggoda kita, namun dalam aktivitas nya iblis itu tidak sendirian alias bersekutu dengan anak buah nya yaitu setan. Setan sendiri adalah bawahan yang selalu setia seperjuangan dengan iblis.

Lalu, apakah ada makna lainnya yang bisa kita petik dari cerita tersebut?


Sejujurnya ini yang menjadi tujuan awal artikel Ini di buat.
Menurut akal liar yang selalu singgah di otak ini, dari cerita diatas ada makna yang terselip dan sangat menarik perhatian saya untuk dikaji maknanya selain pengertian yang sebelumnya telah kita fahami.
Sebelum melanjutkan kajian lebih dalam mari kita samakan persepsi tentang: 

Pengertian setan dan iblis?


Setan asal kata dari sayatin yang berarti menghalang halangi, keraguan. Disimbolkan dengan sifat sifat negatif.
Sementara Iblis asal kata dari ablasa yaitu putus asa.
Disimbolkan dengan sifat sifat negatif.

Dari pengertian yang sudah dijelaskan diatas, saya berkesimpulan bahwa sifat sifat negatif tersebut yang nyata keberadaannya adalah di dalam diri manusia.

Tidak sedikit manusia yang tidak mempunyai cita cita, tidak punya semangat positif, hidupnya selalu penuh keraguan atau pesimis, selalu senang dilingkungan yang negatif dan tidak mau berubah pada kemajuan. Kalau boleh saya katakan itu adalah setan yang berwujud manusia. 

Dan lebih parahnya lagi kalau sifat sifat negatif tersebut dilakukan terus menerus, berulang ulang sampai menjadi sebuah karakter yang sulit untuk di rubah. Itu akan mendekatkan manusia kepada keputus asaan.
Dan putus asa (iblis) adalah lebih parah dari keragu keraguan (setan).

Sebelum mengakhiri ulasan yang kurang bermanfaat ini, saya tekan kan kembali bahwa kajian diatas hanya sekedar mengutarakan pikiran liar pribadi, tanpa bermaksud menggurui atau merubah pengertian yang sudah kita yakini.

Pasti di setiap cerita ada banyak kebaikan yang dapat kita ambil hikmah nya.

Kesimpulan dari saya:
Setan dan Iblis diciptakan agar manusia tahu batasan batasan antara sifat sifat jelek dan sifat sifat yang baik.
Sekian dari saya, semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk semua.

Jumat, 08 Juni 2018

Cara Efektif menghadapi fenomena Kesurupan

Hallo sahabat areahoax…
Semoga hari ini kita semua berada dalam kesadaran yang hakiki, Selalu berpikir positif dan teruslah berinovasi.

Seperti biasanya, artikel yang ada di dalam blog ini bukanlah hasil dari kajian ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Saya sendiri hanya sekedar mengisi waktu luang dan berupaya agar detik yang dilalui tidak sekedar lewat begitu saja, ya minimal ada kegiatan yang pernah saya lakukan.

Jika sekiranya tidak menarik, jangan di teruskan, karena waktu anda akan terbuang sia sia. Hehe
Tanpa banyak kata yang akan terucap, kali ini areahoax akan mengupas habis tentang fenomena kesurupan atau kerasukan makhluk halus.

Pasti kalian semua sudah tahu dong apa itu Kesurupan? Atau jangan-jangan kalian malah sering sekali Kesurupan.

Menurut sumber yang kejelasannya diragukan, Kesurupan atau kerasukan adalah suatu kondisi dimana kesadaran nya menjadi terganggu.

Pertanyaan nya adalah siapa yang mengganggu nya?

Entahlah…
Karena sampai sekarang belum pernah ada klarifikasi siapa yang bertanggung jawab atas fenomena kesurupan ini. Hehhe
Menurut sumber yang lain nya, Kesurupan adalah kondisi dimana ada sesuatu seperti makhluk halus yang masuk kedalam raga kita dan mengambil alih kesadaran.

Menurut saya pribadi, dari kedua sumber diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa inti dari definisi diatas tidak lain adalah tentang kesadaran.

Oke sahabat areahoax,
Kenyataan nya…
Ketika seseorang dalam kondisi Kesurupan, sudah dipastikan bahwa yang dilakukan nya benar benar tidak sadar.
Makanya tidak heran kalau kelakuan nya itu ada yang seperti hewan, ada yang jadi galak, ada yang jadi cengeng, tertawa terbahak bahak, diam, melotot, menyeramkan, bahkan ada juga yang menggemaskan. Ckckck
Itu semua terjadi diluar kendalinya, tidak ada kesengajaan, maka dari itu tolong jangan di masukan kedalam hati, maafkan lah mereka yang sedang terganggu.

Bagaimana cara mengobati orang Kesurupan?

Jika kita sedang sakit, yang pertama dilakukan adalah merasakan sakit itu sendiri, maka dengan sendirinya kita bisa meng analisa rasa sakit itu yang akan membuat kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sakit ini masih bisa di obati sendiri atau memang perlu di larikan ke rumah sakit.

Dari cerita di atas, kita bisa melihat bahwa Kesurupan pun seperti itu, ada tingkatannya.
Faktanya, dalam setiap menit manusia itu melakukan tindakan yang tidak sadar, seperti ketika saat ini juga anda tidak sadar bahwa selama membaca, bagian tubuh anda ada yang bergerak tanpa anda sadari.
Ada hewan yang lewat di atap atau dinding tanpa anda perdulikan.

Yang jadi pertanyaan adalah kenapa kita tidak sadar?
Jawabannya karena kita sedang fokus ke satu bidang, sehingga yang lainnya akan di biarkan saja.

Nah… begitu juga ketika orang kesurupan, orang itu terlalu fokus kepada masalah dirinya, bisa karena masalah kehidupan, ekonomi, tekanan mental atau bisa juga ada sesuatu yang masuk kedalam raganya. Sehingga dia tidak bisa kembali normal alias hilang kendali.

Banyak metode atau cara untuk menyembuh kan orang kesurupan, semuanya itu adalah bagus, yang membedakan adalah tata caranya sementara tujuan nya adalah sama. Untuk membuat seseorang kembali normal pada kesadaran nya sendiri.

Disini saya akan menjelaskan bagaimana cara efektif mengobati orang kesurupan?

- Pertama adalah Ketenangan

Faktor yang sangat penting adalah ketenangan. Buat diri anda tenang terlebih dahulu, rileks, santai kaya dipantai, minta doa supaya anda di tenangkan, bisa dengan cara membaca ayat suci, membaca mantra yang anda kuasai, atau bisa dengan cara olah pernafasan. Sampai anda sudah merasa yakin dan tenang maksimal.

- Kedua adalah Mengalihkan Perhatiannya

Ketika anda sudah merasa yakin, percaya diri dan tenang. yang harus anda lakukan selanjutnya adalah mengalihkan perhatian fokus. Ajak ngobrol atau kasih air mineral supaya perhatian nya teralihkan. Sambil terus kasih saran supaya dia tenang.

- Cara yang efektif ketiga adalah membawanya ke orang pintar, yang benar-benar sudah teruji.

Oke sahabat areahoax, itu saja yang dapat saya sampaikan. Jika anda mengalami kejadian yang sama seperti diatas, saya sarankan jangan main hakim sendiri karena bisa bisa anda akan mendapatkan dampaknya.

Jin yang selalu jadi tersangka

Selamat datang di Areahoax, segala informasi yang ada di blog ini adalah cocokologi dan sudah bisa dipastikan bahwa kebenarannya jangan diambil kedalam hati yang paling dalam, cukup dibaca saja sebagai obat bagi orang yang tidak mempunyai kesibukan dan tidak disarankan menelan bulat-bulat tanpa mengunyah nya terlebih dahulu apapun itu bentuknya, termasuk artikel ini.

Jin yang selalu jadi tersangka

Dalam kesempatan berbahagia ini dan di hari sabtu yang sangat spesial buat kita semua, izinkan mimin tampan menulis beberapa kenyataan bahwa selama ini, kita semua telah berburuk sangka kepada salah satu sosok yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat Nusantara, sebut saja namanya jin. Upsss,,, Bahkan lebih buruknya lagi, prasangka tersebut dari dulu sampai dengan saat ini masih belum bisa dibuktikan, karena  kurang nya Data akurat yang bisa dijadikan sebagai pembuktian. Jika kebiasaan ini terus berulang dan berlanjut, yang ditakutkan adalah bahwa kita semua, aku dan kamu telah melakukan pencemaran nama baik dan fitnah yang sangat keji kepadanya.
Mimin atas nama masyarakat yang tak ingin bermasyarakat, sebenarnya merasa sangat care, kasihan, dan peduli kepada sosok jin ini, karenanya mereka selalu saja disalahkan, seolah-olah mereka adalah makhluk yang diciptakan khusus untuk dijadikan sebagai tersangka. Hehehe
Mau percaya ataupun tidak, nyatanya semua informasi yang berlalu-lalang itu memang ada dan tumbuh subur berkembang di lingkungan kita, dan akan terus menjadi sebuah cerita yang turun temurun dari tiap generasi ke generasi berikutnya. Maka, tidak heran kalau setiap manusia yang tinggal di Nusantara pernah mendengar ada orang yang kerasukan jin, ada yang diganggu oleh jin, ada yang bisa melihat jin, ada yang menikahi nya, ada yang ngasih makan dan minum, ada yang jadi kaya karena nya, banyak yang mencari kekuatan darinya, bahkan ada juga orang yang mempunyai pekerjaan mengusir makhluk tersebut. Ckckck
tanpa kita sadari, seringnya informasi tersebut melewati jalan pikiran seseorang, mau itu bentuk cerita, rasa, ataupun pengalaman, secara otomatis alam bawah sadar otak kita akan merespon bagian dari puing-puing cerita tersebut secara terstruktur, tersimpan dengan rapi di bagian gudang otak dan mengalirkan nya menuju sistem kepercayaan untuk menjadi kesatuan puzzle yang utuh.
Maka akibatnya jika pada saat kita mengalami kondisi yang tidak bisa atau belum bisa kita dijelaskan oleh akal pikiran, lalu secara otomatis keyakinan tersebutlah yang akan muncul sebagai jawaban dengan cara mengirimkan nya kepada otak kita, dan singkatnya sesuatu yang tidak jelas sebab akibatnya sudah dipastikan otak kita akan memunculkan sosok jin sebagai tersangka utama. Hehehe
Sebelum terlalu jauh menuliskan bahasan ini, saya tekankan kepada yang membaca bahwa semua tulisan disini bukanlah kajian ilmiah seorang ahli yang dapat dipercaya.
Menurut saya pribadi, kemunculan bahasa Jin adalah sebuah ungkapan untuk makhluk yang belum terungkap, tersembunyi, atau bisa saja kita tidak akan pernah dapat mengungkap nya. Jika seseorang tidak dapat menjelaskan sesuatu baik Secara logis maupun teoritis, maka ungkapan yang tepat untuk menjawab itu semua diarahkan ke jin.
Dunia ini sangatlah luas, kita tidak akan pernah mengetahui keseluruhan semua isi dunia ini, terlalu besarnya ketidaktahuan tersebutlah yang menjadikan istilah jin terlahir untuk mewakili hal tersebut, walaupun sudah dipastikan hanya sedikit saja yang akan kita ketahui. Sederhana nya Jin adalah sebuah istilah umum untuk keseluruhan makhluk hidup yang keberadaannya tidak akan pernah diketahui.
Ada yang mengatakan bahwa jika jin itu bisa terlihat oleh mata, sudah pasti dunia ini akan terasa sempit karena terlalu banyaknya makhluk tersebut. Pernyataan tersebut tidak ada salahnya, namun menurut saya pribadi, mustahil jika kita mengetahui keseluruhan isi dunia ini (jin). bahkan jika kita mengetahui 1% saja, itu sudah dapat menguasai bumi.
Jika kita lihat dari kacamata agama, ada beberapa fakta yang tertulis dalam kitab suci antara lain:
Jin selalu disebut pertama kali sebelum penyebutan manusia atau insan. Tugas pokok jin maupun insan sendiri untuk berserah (ibadah) kepada sang pencipta.
Memang sangat sulit untuk bisa mentafsirkan kitab suci, karena fakta tersebut bersifat sangat umum. Kitab suci tidak akan berbohong namun belum tentu cara mentafsirkan itu selalu benar.
Setiap ilmu pengetahuan akan terbuka sedikit demi sedikit, saling melengkapi sampai suatu saat saint dan ilmu agama berjalan beriringan.
Dari fakta pertama diatas, kita bisa menganalisa bahwa jin itu bisa dikatakan makhluk yang terlebih dahulu tercipta sebelum manusia diciptakan, bisa juga volume atau keberadaan jin lebih banyak dari pada insan, Itu hanya sekedar tafsiran sederhana saja.
Untuk ayat yang kedua kita diberikan sedikit clue bahwa penciptaan jin, manusia, dan seluruh isi alam semesta ini tiada lain untuk beribadah. Yang menarik dari ayat ini adalah bahwa kata jin, manusia, dan ibadah sama sama bermakna umum. Ibadah tersebut bisa dengan mudah kita artikan, Namum disini saya mengartikan ibadah tersebut lebih ke berserah kepada hukum nya, baik itu hukum alam yang berlaku untuk manusia maupun hukum alam ghaib yang berlaku untuk jin. Jadi kesimpulan dari ayat tersebut bisa difahami bahwa jin dan manusia diciptakan untuk berserah mengikuti ketentuan hukum alamnya, maka sudah jelas barang siapa yang titik titik maka dia akan titik titik.
Jin sendiri adalah istilah baru yang dibawa oleh agama Islam karena terdapat didalam kitab suci mereka. Pada masa sebelum kedatangan islam, Masyarakat Nusantara menyebut hal tersebut dengan istilah arwah yang bergentayangan, makhluk halus penguasa anu, putri penguasa anu, dll. Semenjak datangnya Islam ke Indonesia, sedikit demi sedikit istilah yang bisa mendekatkan kepada kesyirikan tersebut di arahkan pada istilah baru yang lebih umum yaitu jin.
Sebelum mengakhiri artikel ini, jika seandainya dilingkungan kita ada orang kesurupan, maka akan ada dua jawaban yang berbeda namun tidak harus diperdebatkan. Apakah jawaban itu?
Maka, jawaban dari Seorang yang background kehidupan nya bergelut dengan agama, mistik, uka uka. Mereka akan bilang itu karena Jin.
Namun jika kita membawanya ke rumah sakit jawabannya akan banyak sekali, bisa jadi karena tekanan mental, kondisi fisik yang lemah bisa juga karena kejiwaannya terganggu.
Jika kita amati, semua jawaban tidak ada yang salah, semua alasan itu sangat masuk akal jika kita berpikiran positif.
Yang berkata itu karena jin, mungkin karena dia sendiri tidak tahu sebab kenapa orang itu bisa sampai tidak sadar atau kesurupan, atau bisa dikatakan dia belum faham cara menjelaskan sebab dan akibat dari fenomena kerusupan.
dan yang berkata itu bukan karena jin, kemungkinan dia sudah tahu tata cara dan sebab kenapa orang itu bisa tidak sadar atau kesurupan, dan biasanya dia sudah mempelajari tentang psikologi. Hehehe
Sebenarnya saya juga bingung cara menjelaskannya supaya apa yang saya pikirkan ini bisa di tuangkan kedalam sebuah tulisan, persis seperti apa yang saya fahami. Namun kenyataannya saya bukanlah penulis yang hebat, saya masih belajar merangkak layaknya seorang anak kecil yang haus akan ilmu pengetahuan dan rasa penasaran.
Oke sahabat areahoax. Sampai disini dulu tulisan ini akan saya akhiri, semoga apa yang saya pikirkan dapat dengan mudah dicerna oleh setiap orang yang membacanya.